Rabu, 16 Maret 2011

Memanfaatkan Sarana Kehidupan

Seiring berjalannya waktu, tidak ada kata-kata tepat yang dapat saya haturkan kepada anda kecuali sebuah doa agar Allah senantiasa memberikan keselamatan, rahmat, dan keberkahan hidup atas anda. Segala puji kepada Allah yang telah memanjangkan nafas taubat sehingga kita diberikan kemampuan untuk dapat senantiasa berusaha memperbaiki diri dari hari ke hari.
Seiring berjalannya waktu, tak terasa kita telah melalui berbagai macam episode-episode kehidupan yang skenarionya telah Allah takdirkan. Selama perjalanan yang telah dilalui itu, telah banyak kebahagian dan kesedihan yang merupakan ujian bagi kita agar kita tetap mampu bersyukur, telah banyak pengalaman-pengalaman hidup yang menambah pengetahuan dan menumbuhkan rasa, telah banyak tempaan ujian yang membuat diri kita lebih matang dan bijak, telah banyak goncangan kepribadian dalam masa peralihan menuju jati diri yang dicari, yang kadangkala membuat diri kita bingung, gelisah, resah tak menentu, dan telah banyak menimbulkan banyak pertanyaan, “Yaa Allah, apa yang sedang terjadi dengan diriku ini???” sehingga melahirkan doa, “Yaa Allah, tunjukkanlah kami jalan yang lurus. Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka, bukanlah jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula jalan orang-orang yang tersesat”. Dan sekiranya, hal-hal tersebut itulah yang membentuk kepribadian kita sekarang, ya.. sesosok pribadi yang senantiasa bisa kita lihat sendiri di cermin. Inilah pribadi kita sekarang dengan segala keberadaan yang telah dibentuk oleh serangakaian sikap-sikap terhadap perjalanan sejarah hidup dirinya sendiri.
Seiring berjalannya waktu, maka telah menunggu takdir masa depan yang kita tidak memiliki pengetahuan akannya, yang kita bisa lakukan hanya mempersiapkan diri dengan berbagai bekal kekuatan potensi untuk menghadapi berbagai macam kemungkinan yang terjadi. Maka, adalah sebuah keniscayaan bagi kita untuk mampu menghimpun berbagai macam kekuatan dalam diri agar mampu menghadapi kondisi seburuk apapun di masa yang akan datang dengan melakukan langkah antisipasi terbaik sejak sekarang. Begitu juga dengan memanfaatkan berbagai macam peluang yang akan tersedia di suatu saat nanti. Atas kehendak Allah, sudah kita ketahui bahwa mempersiapkan bekal untuk masa yang akan datang adalah sebuah ketentuan yang telah Allah perintahkan. Oleh karena itu, marilah kita mempersiapkan diri untuk menghadapi masa depan, memenuhi takdir yang telah Allah pastikan untuk kita.
Perjalanan yang akan kita hadapi ini bukanlah perjalanan yang mudah dengan persiapan biasa-biasa saja. Namun, ada sebuah usaha lebih yang membutuhkan perhatian tinggi dan cukup komplek dalam rangka mempersiapkan bekal perjalanan. Dengan bermaksud menyederhanakan agar inti dari permasalahan ini mampu kita tangkap maksudnya dengan mudah, maka saya berpendapat bahwa persiapan perbekalan yang menjadi prioritas untuk  kita lakukan adalah dengan menumbuh-kembangkan kapasitas pemikiran kita. Hal ini mutlak dilakukan karena berdasarkan alasan bahwa hidup yang akan dijalani oleh seseorang sebagian besar dihasilkan dari asumsi dirinya terhadap kehidupan yang orang tersebut hadapi atau sering kita dengar sabda Rasul yang mengatakan, “Allah sesuai dengan prasangka hambaNya”.  Maka hal pertama dan utama yang harus kita lakukan adalah membenahi pola pikir kita, lebih spesifiknya adalah membenahi kembali pola pikir terhadap kehidupan kita. Karena ada kemungkinan pola pikir yang selama ini kita gunakan sudah habis masa berlakunya. Besar harapan melalui catatan ini saya dapat berusaha mendefinisikan perubahan pola pikir ke dalam bahasa verbal yang sistematis sehingga mudah dicerna oleh kita semua agar pola pikir ini menjadi pemicu dari setiap tindakan kita yang senantiasa berkesinambungan dan  menghasilkan karakter dari sebuah kepribadian muslim. Semoga kepribadian ini dapat menjadi penunjuk langkah-langkah kita menuju kebahagiaan sejati.
Memaknai Sarana Kehidupan yang Telah Allah Berikan
Marilah kita perhatikan perhatikan kata-kata dari Yahya bin Muadz berikut ini, “Dunia adalah jambatan akhirat. Oleh karena itu, seberangilah ia dan janganlah kamu menjadikannya sebagai tujuan. Tidaklah berakal orang yang membangun gedung-gedung di atas jambatan” kata-kata di atas adalah titik awal langkah kita dalam memaknai kehidupan dunia ini, kita berangkat dari sebuah rasionalisasi makna bahwa dunia hanyalah sarana bukan tujuan.
Dunia adalah sarana, apapun yang ada di dalamnya itu semua hanyalah sarana menuju tujuan. Ilustrasinya bisa kita perhatikan dalam kawasan kegiatan produksi berikut ini. Tujuan utama diadakannya suatu sarana/fasilitas dari faktor-faktor produksi (Man, Machine, Methode, Money, Material) adalah untuk menunjang terlaksanannya proses produksi yang baik dan optimal baik itu dihasilkan dari fasilitas pokok ataupun fasilitas penunjang lainnya sehingga perusahaan mampu menghasilkan produk-produk yang berkualitas dengan tingkat produktivitas tinggi, dan dalam proses operasional yang efektif dan efisien. Misal, fasilitas pokok: mesin pabrik terbaik, gedung pabrik terbaik, bahan baku produksi terbaik, dan lain sebagainya, kesemuanya diadakan perusahaan semata-mata bertujuan agar proses produksi berjalan dengan baik. Adapun fasilitas penunjang: fasilitas yang diberikan perusahan kepada seorang top manager dengan memberikan mobil eropa berkapasitas mesin 3000 cc dengan berbagai aksesoris penunjang di dalamnya bertujuan agar dalam melaksanakan tugasnya beliau berada dalam kondisi terbaik sehingga menghasilkan kerja yang optimal bagi perusahaan.
Begitu juga dengan kita, Allah memberikan seluruh fasilitas sumber daya yang ada di dunia ini agar tugas pokok ibadah dariNya dan fungsi khalifah yang diberikan olehNya di muka bumi ini dapat berjalan dengan baik dan optimal, tidaklah kita diciptakan hanyalah untuk hal tersebut. Oleh karena itu, marilah kita tegaskan kembali kepada diri kita bahwa umur yang diberikan oleh Allah, rizqi yang dikaruniakan, ilmu yang dimiliki, keluarga yang dibangun, kekuasaan yang diduduki, dan semua nikmat yang Allah berikan itu semua tidak lain dan tidak bukan adalah agar kita mampu mengejawantahkan hukum Allah di muka bumi ini.
Kebahagiaan di dunia adalah ketika kita mampu mengendalikan seluruh fasilitas dunia dalam kehendak kita secara sadar. Dunia ini berada dalam genggaman kita, bukan dalam hati kita. Adapun besar jumlah dan tingkat kualitas fasilitas yang kita terima, Allah akan mendistribusikan kepada kita berdasarkan pertimbangan kapasitas diri yang kita miliki. Kapasitas kita yang memilih fasilitas mana yang akan Allah berikan. Harta yang dimiliki kita sekarang akan sama dengan manajemen pemberdayaan harta yang kita miliki. Pendamping hidup yang kita dapatkan akan sebanding dengan kebaikan diri yang kita punyai. Jabatan publik yang kita kuasai akan selaras dengan tingkat kepemimpinan kita. Di luar daripada itu, Allah Maha Mengetahui dan Maha Kuasa akan segala sesuatu yang terbaik untuk setiap hambaNya. Yang jelas, Allah tidak akan pernah membebani seorang hamba di luar batas kapasitas yang dimilikinya. Oleh karena itu, sudah jelaslah obsesi kita yang sebenarnya ke depan. Obsesi kita adalah meningkatkan kapasitas diri dengan orientasi kerja mengejar surga dan ridla Allah semata. Adapun fasilitas dunia yang Allah berikan, itu semua hanyalah efek samping dari kapasitas diri yang kita miliki. Selamat berjuangan untuk dirimu dan Tuhanmu. Di manapun kalian berada, semoga Allah senantiasa menjaga kalian dan orang yang kalian sayangi.
Memanfaatkan Sarana Kehidupan
Rasulullah saw. telah mengajar kepada kita tentang syukur dan sabar, zuhud dan qana’ah, ikhlas dan ridla dalam merespon setiap dinamika hidup agar kita tetap memiliki kestabilan jiwa. Begitulah Allah memberikan metode-metode melalui pengajaran rasulNya agar umat manusia berada kondisi terbaik dalam menjalani hidup. Hal ini diberikan agar manusia mampu berjuangan dengan segala keterbatasan yang ada tanpa harus merasa dengki dengan fasilitas dunia yang dimiliki orang lain di sekitarnya.
Menerima segala keadaan diri dengan rasa syukur adalah sebuah keharusan, namun tidak dibenarkan apabila kita sudah merasa cukup dengan kondisi prestasi amal kita sekarang. Masih banyak kemungkinan-kemungkinan peningkatan kapasitas diri, peluang mendapatkan fasilitas lebih dari Allah masih terbuka lebar. Harapan itu akan selalu ada sampai mati memenuhi takdirnya untuk menghentikan laju perjuangan kita di dunia. Maka teruslah bergerak menumbuh-kembangkan kapasitas diri. Yang menjadikan seseorang untuk mampu terus bersemangat membaiki kapasitas dirinya adalah semangat kompetisi. Kompetisi dalam kebaikan. Kompetisi yang menjadi jalur pilihan hidup bagi seseorang yang haus akan prestasi di sisi Allah. Jalur yang dipilih oleh mereka yang menginginkan posisi istimewa di sisi Tuhannya. Jalur yang membedakan peringkat orang yang memilih jalan ini dengan orang yang matinya hanya sebagai manusia biasa yang namanya tidak mampu tercatat dalam sejarah perjalanan hidup manusia. Itulah semangat kompetisi yang senantiasa digelorakan tanpa batas dalam jiwa setiap pahlawan, hal ini dikarenakan hadiah yang tidak terbatas yang akan didapatkan dari kompetisi ini.
Dalam kawasan memanfaatkan fasilitas dunia, maka ada beberapa hal yang menjadi indikator optimalisasi pemanfaatan fasilitas dunia yang telah Allah berikan kepada dirinya, yaitu dengan fasilitas dunia yang dimilikinya,
  1. Seberapa cepat dia mampu memproduksi unit-unit amal kebaikan.
Ada hubungan yang erat antara waktu dan produktivitas amal. Yaitu, semakin cepat siklus seseorang dalam menghasilkan unit-unit amal kebaikan, maka dia akan semakin terhindar dari kerugian. Manusia akan semakin beruntung ketika dia mampu mengelola waktunya dengan sebaik-baiknya.

2.   Seberapa tinggi kualitas amal yang diproduksi oleh dirinya

Apabila berbicara masalah kualitas amal, maka kita tidak akan jauh menilai kualitas amal dari kriteria berikut:
  1. Sesuai dengan aturan agama. Suatu amal memiliki kualitas yang baik apabila sesuai dengan standard operational procedur Ilahiyyah yang telah diregulasikan oleh syariat Islam. Baik itu dalam kerangka amal ibadah mahdlah maupun muamalah.
  2. Ikhlas. Suatu amal dikatakan berkualitas ketika orienatasi pengerjaannya hanyalah diperuntukkan kepada keridlaan Allah semata. Hal ini sesuai dengan instruksi awal kepada manusia untuk beribadah dengan memurnikan tujuan
3.  Seberapa luas distribusi manfaat dari amal yang telah diproduksi

Semakin luas distribusi manfaat, maka akan semakin baik kapasitas orang yang memproduksi amal tersebut. Ini bisa berhubungan kuantitas jumlah kebaikan yang disalurkan dan ketepatan sasaran penyaluran amal.
Pengawas kita selain malaikat pencatat amal
Sebagai penutup kita simak hadits qudsi di bawah ini menjadi pengawas kita dalam memanfaatkan sarana amal kebaikan kita.
Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, beliau berkata, Aku telah mendengar Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya salah seorang yang pertama di hisab di hari kiamat adalah seorang lakilaki yang mati syahid (gugur dalam peperangan); kemudian disebutkan baginya semua
kenikmatan-kenikmatan yang diberikan kepadanya, dan dia mebenarkannya. Kemudia Allah Subhanahu wa ta'ala bertanya kepadanya, 'Apa yang kamu kerjakan dengan nikmat itu?', lelaki itu menjawab, 'Aku berperang untuk-Mu hingga aku syahid'; Allah menjawab, “Kamu berdusta,(akan tetapi sesungguhnya) engkau berperang agar orang menyebutmu pemberani, dan (orang –orang) telah menyebutkan demikian itu, kemudian diperintahkan (malaikat) agar dia diseret di atas wajahnya hingga sampai di neraka dan dilemparkan kedalamnya”.
Dan (selanjutnya adalah) seorang laki – laki yang mempelajari ilmu dan mengamalkannya sertadia membaca al-Quran, kemudian dia didatangkan, kemudian disebutkan nikmat – nikmat yang diberikan kepadanya dan dia membenarkannya. Kemudian Allah bertanya, 'Apa yang kamu kerjakan dengan nikmat – nikmat itu?' lelaki itu menjawab, 'Aku mencari ilmu dan mengamalkannya/mengajarkannya, dan aku membaca al-Quran karena-Mu'. Allah berfirman, “kamu berdusta, (akan tetapi) kamu mencari ilmu itu agar disebut sebagai 'alim (orang yang berilmu), dan kamu membaca al-Quran agar orang menyebutmu qari', dan kamu telah disebut demikian itu (alim & qari')” kemudian diperintahkan (malaikat) kepadanya, agar dia diseret di atas wajahnya hingga sampai di neraka dan di masukkan kedalam neraka”
Dan (selanjutnya) seorang laki – laki yang diluaskan (rizkinya) oleh Allah. Dan dikaruniai berbagai harta kekayaan. Kemudian dia dihadapkan, dan disebutkan nikmat – nikmat yang diberikan kepadanya, dan dia membenarkannya. Kemudia Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, “Apa yang kamu kerjakan dengan nikmat – nikmat itu?”, lelaki itu menjawab, “Tidaklah aku meninggalkan jalan yang aku cintai selain aku menginfakkan hartaku untuk-Mu”; Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, “Kamu berdusta, tetapi kamu melakukan itu semua agar orang menyebutmu dermawan, dan kamu telah disebut demikian”. Kemudian diperankkan (malaikat) kepadanya, agar dia diseret di atas wajahnya, hingga sampai dineraka dan dimasukkan kedalam neraka. HR. Muslim (dan begitu juga at-Tirmidzi dan an-Nasai)
Wa Allahu a’lamu bil-showwabi…

Selasa, 23 November 2010

The Power of Positive Thinking and how to get Affirmations To Work For You

by Karim Hajee

Positive thinking is a practice and it requires that you have a certain mental attitude. When you have a positive thinking mindset you automatically have positive thoughts and you continually recite positive affirmations. This process happens automatically.

When you have a positive thinking mindset you almost instantly find answers to even the most complex problems and challenges. Positive thinking is a mindset or attitude that is geared towards automatically expecting things to work out. A person with a Positive Thinking pattern in place expects, believes and trusts that things will always work out and they often do.

This is not to be confused with someone who simply says: “Think positive and everything will workout.” Such a person is does not have the proper positive thinking mindset in place. They are simply turning to positive thinking when things go wrong – and by then it’s too late, the damage has been done.

Someone who has a positive thinking mindset naturally thinks positive and always foresees happiness, good health, success, and a positive outcome to just about every situation and event that takes place. They also trust and know that they will make the right decision and the right choices. Since they expect it – their mind and subconscious mind find a way to make it happen. This is the power of having a positive thinking mindset.

Now I know that not everybody thinks that positive thinking works, and often these are the people who use the concept of positive thinking sporadically or when they need to get out of a jam. That’s not the way positive thinking worse as I just outlined, so if you try this approach don’t expect results.

There are also those who believe in positive thinking but don’t know how to properly apply it. These are the people who will say “Think Positive” when you’re down or when things aren’t going well. But the person hearing this phrase has no idea what they mean and so tries to apply it and doesn’t get the result they want.
(http://www.affirmationsforpositivethinking.com)